Kamis, 11 Desember 2008

nametag

Pertama bikin yang ini, buat hadiah.


Terus ternyata Tari pesan buat keponakannya.Jadi aku bikin yang ini


Bikinnya memang lebih lama daripada bikin bros. Sebabnya, karena tahap pertama adalah membuat huruf-huruf dan hiasannya, terus tunggu mereka kering. Setelah mereka kering, baru deh bikin alasnya. Huruf dan hiasan yang udah kering itu bisa dibenamkan sedikit di alasnya. Kalau kurang yakin akan awet nempel atau enggak, oleskan lem putih.
Nah, karena alasnya itu kan lebar dan agak tebal (kira-kira 0,5 cm supaya nggak gampang patah) bagian nunggu keringnya ini yang lama. Sebetulnya yang kubuat untuk Bunga itu belum kering. Jadi jelas belum dikasih pelapis.

Rabu, 15 Oktober 2008

Bros



Ini hasil bros yang belum diberi pelapis. Masih kelihatan seperti permen yang bisa dimakan.
Peniti brosnya ditempel dengan adonan clay juga berhubung nggak punya lem tembak (biasanya orang pake lem tembak untuk merekatkan sesuatu ke peniti bros). Setelah benar-benar kering, baru dilapis dengan pelapis. Aku pakai cat kuku bening, kebetulan aja pas di jalan ada obralan kuteks ( seumur-umur, baru saat itulah beli cat kuku). Cuma sayang, setelah dilapis tidak kufoto langsung. Sekarang cuma ada tinggal beberapa dari yang ada di foto di atas, soalnya aku bagi-bagi ke teman-teman.

Clay Tepung / Plastisin


Clay tepung ini bahan prakarya yang gampang deh. Bahannya gampang dicari; tepung terigu, tepung sagu, tepung beras, lem putih PVAc, dan pengawet makanan (Natrium benzoat) supaya tidak berjamur. Tepung bisa dibeli di warung, lem putih ada di toko material, di toko buku juga ada. Semua bahan dicampur jadi satu dengan perbandingan 1 : 1 : 1 untuk tepung, dicampur dengan lem PVAc secukupnya sampai kalis dan jadi adonan yang bisa dibentuk ( awalnya beri saja 1 bagian lem putih, selanjutnya ditambah sedikit-sedikit supaya tidak terlalu lembek). Pengeringannya juga gampang, cuma diangin-anginkan.

Adonan bisa diwarnai dengan cat poster. Cat poster dicampur pada adonan. Yang perlu diingat saat mewarnai adalah, warna clay saat mengering akan menjadi lebih gelap. Berhubung dibuat dari campuran tepung terigu dan kawan-kawan, adonan yang tidak diwarnai akan berwarna kekuningan agak abu-abu juga ( aku bingung mendeskripsikan warnanya) mirip warna kerupuk ikan yang belum digorenglah. Jadi tidak putih bersih. Kalo ingin warna putih, ya mesti diwarnai dengan cat poster warna putih. Jika tidak ingin terlalu kaget dengan perubahan warna, bisa juga diwarnai dengan pilox saat clay sudah benar-benar kering.

Selain warna yang akan menjadi lebih gelap, bentuknya juga akan lebih kecil, mengkerut ceritanya. Takut kali, aku pelototin terus hehehe.. bcanda ding. Belum pernah mengukur berapa banyak penyusutannya, bisa jadi relatif, tergantung seberapa kering hasil akhirnya. Tapi Sita pernah ngukur tuh, lihat aja di blognya ( http://blognyasita.blogspot.com )

Kelemahan dari clay tepung ini, dia tidak tahan air. Jangan direndam air kalo tidak ingin bentuknya jadi lumer. Jika sudah benar-benar kering mungkin tidak akan benar-benar lebur, tapi bagian luarnya akan terkikis air. Nanti jadi tambah kecil lagi deh.

Supaya lebih tahan air, bisa diberi pelapis cat kuku bening, atau resin, atau pernis acrylic ( itu kata orang-orang yg sudah pernah melapisi clay tepungnya lho) Hasil akhirnya jadi lebih bagus sih, jadi mengilat. Aku sendiri kadang lebih suka yang matte, tidak glossy.

Ayo, main-main sama clay tepung!