Minggu, 18 Maret 2012

Clay Tepung dengan Maizena


Ceritanya ada yang bertanya di postingan review clay tepung, bagaimana memperbaiki adonan clay maizenanya yang dirasa kurang bagus; mudah patah, tidak bisa dibentuk kecil-kecil. Apa ada saran resepnya mesti ditambah atau dikurangi apa supaya adonannya bagus?

Hmm… bengong deh ditanya kaya gitu. Jadi jawab seadanya aja. Tapi… pertanyaan itu  menggelitik rasa penasaran untuk kembali main-main dengan clay. Bagusnya, si penanya menyertakan resep yang dipakai. Katanya, resepnya menggunakan campuran maizena, tepung kanji, tepung beras, dan lem dengan perbandingan 1 : 1 : 1 : 3.

Otomatis penasaran dong, perbandingan itu dalam volume atau berat?

Emang ngaruh gitu ya, dalam berat atau volume?

Well, menurut gw sih berpengaruh.

Tapi itu kan tepung gitu lho, paling juga beda berat jenisnya nggak seberapa.

Iya deh, tepungnya nggak beda jauh, tapi dia bilang lem yang dipakai 3 bagian begitu. Bukannya dalam adon-mengadon, bahan yang basah itu nggak saklek ukurannya? Dimasukkan sedikit-sedikit, sampai didapat adonan yang kalis. Jadi ya penasaran aja, yang bersangkutan pakai perbandingan isi atau berat?

Emang..?

Oke, berhenti dulu dialog imajinernya, sekarang sharing cerita tentang clay maizena aja ya.
First things first, siapkan bahan. Seperti di awal tadi, bahannya adalah maizena(corn starch), tepung kanji(sagu), tepung beras. Dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Supaya nggak ribet, kita pakai perbandingan volume aja.  Berhubung nggak punya sendok ukur, jadi pakai takaran deterjen deh  J
Aduk rata campuran tepung itu,

ambil secukupnya,  di sini saya ambil satu sendok takar saja.
Campur dengan lem putih Pvac, (sepertinya yang saya pakai kurang dari 3 bagian campuran tepung)
Ternyata kelembekan :p 

Untungnya masih ada campuran tepung, jadi bisa ditambahi itu. (Maaf ya, gambarnya buram. Diambil pakai tangan kiri, karena tangan kanan kotor.)

dan… jadi deh. Wow, adonannya memang terlihat jauh lebih bersih dibanding clay yang pakai terigu. Adonannya juga enak dipegang. Terasa lebih halus dan ringan. Yap, ini kan bebas gluten,  dan seperti kita ketahui, gluten itu keras, Jendral! Pantas menguleni adonan terigu itu lumayan membakar kalori alias.. capek hehehe


Sekarang kita lihat apakah adonan ini mampu melewati ujian selanjutnya: bisakah adonan ini dipakai untuk membuat bentuk mini?
Jadi langsung aja ke hasil akhir ya.
Tadaaa… !


Another angle..

Nggak tau pasti apakah bentuk yang saya buat sudah cukup kecil dalam pandangan penanya yang sedang saya ceritakan di atas, dan bentuk-bentuk itu pun belum 100%  mengering. Namun dari pengamatan saya tidak merasa hasil akhirnya akan mudah patah. Justru cenderung liat. Well, supaya tahu pasti memang mesti menunggu lebih lama. Sabaar..

Terus?

Terus sekarang saya punya segenggam adonan clay maizena yang mesti dimanfaatkan sehingga kemungkinan besar tidak bisa membalas komentar yang masuk secara cepat. Hehehe pede amat yak.
Semoga posting ini berguna daan.. selamat berkreasi! *dadah–dadah*

Catatan:
  •  Penasaran apakah benar asumsi saya bahwa berat jenis ketiga tepung itu (maizena, sagu, beras) berbeda-beda, saya menimbang masing-masing tepung di dalam sendok takar.Hasilnya, berat satu takar maizena bersama sendok takar adalah 30 gram, tepung sagu = 25 gram, dan tepung beras mendekati 30 gram. 
  • Adonannya memang putih dan saat kering tidak berubah kekuningan. Warna akan berubah menjadi lebih gelap saat kering. Untuk warna yang lebih cerah, bisa ditambahkan sedikit cat poster warna putih. Beda  ya dengan clay terigu yang mesti pakai banyaaak cat poster warna putih. 
  •  Ini adalah  jenis clay yang bisa kering hanya dengan diangin-anginkan. Istilahnya air-dry clay. Supaya adonan tetap lembab, simpan dalam wadah plastik, tertutup, dan jauh dari sinar matahari. 
  •  Jika dalam pengerjaan  adonan terasa kering, bisa dilembabkan dengan sedikit air. Beda kan, sama clay terigu yang akan tambah keras dan bisa bergumpal kalau kena air. Ya mungkin karena di terigu ada gluten. 
  • Resep asli clay maizena tidak mencantumkan pengawet sebagai salah satu bahannya. Namun untuk berjaga-jaga, saya pun menambahkan natrium benzoat di adonan yang sudah jadi sebanyak 1/3 bagian tepung. Entah ini perasaan saya saja atau memang kenyataannya begitu, adonan yang ditambahi natrium benzoat terasa lebih kenyal dibandingkan yang tidak diberi natrium benzoat.
-          
-         
-